NUNUKAN – Dalam upaya menangkal paham radikal di wilayah perbatasan, Polres Nunukan mengundang BEM Politeknik Nunukan melalui Audiensi menangkal paham teroris, Radikalisme, Intoleransi dan Khilafatul Muslimin di Kalangan Mahasiswa, Rabu (22/06) di Aula Sebatik Polres Nunukan.
Kasat Intelkam Polres Nunukan, Moch. Saifuddin Hamzah, S.IK, MH, mengatakan, mahasiswa memiliki organisasi kampus yang tentunya dapat mensosialisasikan bahaya dampak radikalisme sekaligus bersama pihak kepolisian mendeteksi radikalisme di lingkungan kampus.
” Dengan mengajak mahasiswa tentu capaian dalam menangkal radikalisme lebih luas, jangkauannya dan kejasamanya lebih nyata,” Kata Saifuddin.
Menurutnya, gerakan radikalisme terbilang massif, baik secara konvensional maupun melalui teknologi digital.
Akibatnya banyak pemuda yang menjadi korban terhadap paham tersebut sehingga mereka perlu dibentengi dengan menanamkan pengetahuan dampak radikalisme.
Saat ini, lanjut Kasat Intel Polres Nunukan ini, trend media sosial di Indonesia terbilang tinggi, apalagi penggunanya sebagian besar merupakan generasi millenial seperti kalangan Mahasiswa.
Generasi millenial dinilai merupakan sasaran empuk penyebaran radikalisme yang sangat signifikant, mengingat teknologi di era ini semakin pesat dan cepat menyebarkan informasi.
Untuk mengenali orang yang sudah terpapar radikalisme, dapat diidentifikasi melalui sikap dan prilaku kesehariannya dilingkungan sosial.
Ciri cirinya adalah cenderung menjadi anti sosial, mengalami perubahan emosi dan tingkah laku, bergaul dengan komunitas yang rahasia, bersikap dan berpandangan yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya.
Dan lazimnya mereka juga kerap menggunakan kekerasan untuk meraih keinginan dengan gerakan revolusioner, penghancuran total dan memutar balikkan ideologi yang sudah diterima dan dipahami baik oleh masyarakat.
” Generasi millenial sangat mudah tersesat dengan pilihan dalam lingkungan sosial, mereka belum memiliki konsep diri yang jelas, karena itu sasaran lebih utama menanamkan pengetahuan menangkal radikalisme pada usia dewasa dan mahasiswa,” lanjutnya.
Terhadap Audiensi tersebut, Ketua BEM Politeknik Nunukan, Andi Baso, mengapresiasi kegiatan ini, ia menegaskan akan membentuk aliansi yang selanjutnya mensosialisasikan dampak radikalisme dilingkungan sosial.
” Kegiatan ini sangat menarik, apalagi materi yang disampaikan tadi cukup jelas bahwa paham radikal dapat merusak ideologi bangsa kita, jadi saya berharap kegiatan ini bisa berkelanjutan,” kata Presiden Mahasiswa Politeknik Negeri Nunukan ini.
Karena itu mewakili mahasiswa, BEM Poltek Nunukan menolak tegas radikalisme di Kabupaten Nunukan, dan dalam waktu dekat ini BEM Poltek Nunukan akan berkoordinasi dengan sejumlah organisasi iternal dan eksternal kampus mendiskusikan metode edukasi menangkal radikalisme di lingkungan kampus maupun di masyarakat.
” Apakah nantinya melalui kajian ataupun di lakukan melalui seminar, diskusi dan kegiatan kampus lainnya,” tutupnya.
Audiensi digelar sekira 1 jam 30 menit itu membuka ruang diskusi antara Kasat Intelkam Polres Nunukan dan Mahasiswa Poltek Nunukan.
Diskusi pun semakin alot, karena beberapa mahasiswa menyampaikan pertanyaan dan pernyataan terkait tugas dan komitmen Polri kepolisian dalam menangkal Radikalisme di Indonesia.
Untuk menangkal masuknya radikalisme di wilayah perbatasan tentu bukan hanya tugas dan tanggunggung jawab kepolisian.
Namun diharapkan komitmen bersama seluruh steakholder di Kabupaten Nunukan menjaga stabilitas kehidupan sosial dengan menolak paham radikal maupun terorisme yang diyakini dapat meruntuhkan Integritas bangsa dan Negara Indonesia. (*)