TANJUNG SELOR – Hari Selasa, 8 Agustus 2017 menjadi catatan sejarah yang mungkin tidak terlupakan. Untuk kali pertama, pesawat jenis ATR 72-600 Wings Air (Lion Group) mendarat dengan sempurna di Bandara Tanjung Harapan, Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.
Ya, ini menjadi sejarah. Pada pukul 12.50 Wita siang itu, untuk pertama kalinya sejak bandara itu ada bisa didarati pesawat dengan badan besar. Hal ini juga menyusul setelah dilakukan pengembangan secara bertahap terhadap bandara yang berada di ibukota provinsi Kaltara itu.
Ini menjadi salah satu bukti hasil kerja Pemerintah, baik Kabupaten, Provinsi maupun pusat. Utamanya oleh Pemerintah Provinsi Kaltara di bawah kepemimpinan H Irianto Lambrie, yang serata instensif terus berkomunikasi, koordinasi dengan Pusat. Utamanya dengan Kementerian Perhubungan untuk percepatan pengembangan bandara di Kaltara.
“Kenapa kita menginginkan percepatan pengembangan bandara? Yang salah satunya di Tanjung Selor ini. Bandara sangat penting. Dengan bandara yang representative, transportasi lancar. Orang, seperti pengusaha atau investor yang ingin berurusan di Tanjung Selor. Bisa langsung. Jadi ini juga untuk mendukung investasi,” kata Irianto Lambrie menyampaikan alasan, kenapa dirinya berkeras menginginkan percepatan pengembangan Bandara di Kaltara.
Gayung bersambut, usaha Irianto Lambrie yang tak kenal lelah membuahkan hasil. Pusat melalui Kemenhub menyetujui dengan bersinergi bersama pemerintah daerah untuk mempercepat pengembangan bandara di Kaltara. Termasuk Bandara Tanjung Harapan, Tanjung Selor.
Melalui dukungan pendanaan APBN, sejak 2014 Pemprov Kaltara bersama Pusat terus menggenjot peningkatan Bandar Udara (Bandara) di wilayah perbatasan ini. Hasilnya, dari sebelumnya sebuah bandara kecil, empat bandara di Kaltara kini sudah bisa didarati Pesawat ATR-72.
Ada 6 bandara di Kaltara yang menjadi prioritas pengembangannya. Yakni, Bandara Juwata di Tarakan, Bandara Tanjung Harapan di Tanjung Selor Bulungan, Bandara Kolonel RA Bessing di Malinau, Bandara Long Apung di Malinau, serta di Nunukan ada Bandara Nunukan dan Yuvai Semaring Krayan.
Dalam kurang waktu lima tahun, keenam bandara tersebut telah berubah semakin membaik. Bahkan empat di antaranya (kecuali Tarakan) telah memanuhi syarat untuk didarati pesawat besar, salah satunya ATR-72. Yaitu Bandara Nunukan, Bandara Tanjung Harapan (Bulungan), Bandara Malinau dan Bandara Yuvai Semaring, Krayan. Runway bandara yang sebelumnya pendek, diperpanjang untuk memenuhi syarat bisa didarati pesawat lebih besar. Begitu pun dengan terminal, serta sarana dan prasarana bandara lainnya. Termasuk juga melengkapi kebutuhan keamanan dan keselamatan di Bandara.
Dalam kurung waktu 2014-2018, pengembangan 6 bandara di Kaltara mendapatkan dukungan penuh dari pusat melalui APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Nilainya Rp 1 triliun lebih. Dengan rincian, pada 2014 dianggarkan Rp 263,8 miliar, pada 2015 sebesar Rp 272,1 miliar, 2016 sebesar Rp 152,8 miliar, 2017 sebesar Rp 243,8 miliar, dan di 2018 sebesar Rp 182 miliar.
Masyarakat pun bersyukur dengan telah ditingkatkannya Bandara. “Ya sangat bersyukur. Dulu kalau mau berangkat kita harus lewat Tarakan atau Berau. Sekarang bisa langsung dari Tanjung Selor. Ya sekarang karena pandemi memang tidak tiap hari. Kita berdoa semoga covid-19 ini cepat hilang, jadi bisa kembali normal lagi,” kata Khairuddin, warga Tanjung Selor.
Hal serupa disampaikan warga lainnya, Iwan. Warga Sabanar ini mengaku sejak Tanjung Selor menjadi ibukota provinsi, pembangunan semakin signifikan. Tidak hanya infrastruktur yang dibangun pemerintah, namun secara ekonomi juga kian maju. Menjamurnya banyak hotel, pusat-pusat perbelanjaan, property, hingga fasilitas publik lainnya menandai semakin meningkatnya ekonomi di Tanjung Selor.
“Dulu di Tanjung Selor, jam 9-10 malam sudah sepi. Sekarang 24 jam ramai. Menurut saya, kalau ada yang menyebut Tanjung Selor tidak ada kemajuan apa-apa, itu mungkin bukan orang sini dia. Yang tidak tahu dulu bagaimana, sekarang bagaimana. Yang jelas, Tanjung Selor sekarang sangat maju pesat,” kata Iwan. (*)p