TANJUNG SELOR – Sebagai provinsi baru, dengan kondisi geografis sangat luas, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) memiliki banyak tantangan. Salah satunya di bidang telekomunikasi dan informasi. Di bawah kepemimpinan H Irianto Lambrie, secara bertahap dibenahi. Infrastruktur dibangun. Lewat komunikasi dan koordinasi intens dengan Pusat, kendala infrastruktur bidang telekomunikasi yang selama ini menjadi persoalan, kini telah teratasi.
Hasilnya, 409 menara BTS sebagai penunjang kelancaran telekomunikasi telah terbangun. Dari itu, 434 desa di Kaltara kini telah menikmati jaringan telekomunikasi, bahkan bisa mengakses internet.
Warga pedesaan, tak terkecuali di wilayah perbatasan pun kini mampu menikmati layanan telekomunikasi berbasis internet, selayaknya warga di perkotaan.
Berdasarkan catatan Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kaltara, dari 447 desa di Kaltara, 434 desa di antaranya telah menikmati layanan jaringan telekomunikasi nirkabel (hingga 2019). Rincinya, Kota Tarakan 20 kelurahan, Kabupaten Malinau 102 desa, Tana Tidung 20 desa, Nunukan 223 desa, dan Bulungan 67 desa.
Terlayaninya kebutuhan layanan telekomunikasi itu, berkat dukungan 409 base transceiver station (BTS) yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota.
Pembiayaan pembangunan BTS itu, ada yang dari APBD juga APBN. Diharapkan dengan tersedianya BTS ini mampu mempermudah masyarakat menikmati layanan telekomunikasi seluler.
Adapun persebaran BTS itu, Kota Tarakan 131 menara, Malinau 88 menara, Tana Tidung 13 menara, Nunukan 107 menara, dan Bulungan 70 menara.
Selain itu, guna mendukung peningkatan kualitas pendidikan, Pemprov Kaltara dengan dukungan pemerintah pusat juga merealisasikan pemasangan Vsat Mangoesky di SMA se-Kaltara.
Program ini dijalankan sejak 2017 hingga tahun ini. Untuk tahun ini, rencananya dipasang di 5 sekolah.
Adapun realisasi kegiatan tersebut, pada 2017 4 sekolah dan 1 pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), 2018 di 7 sekolah, dan 2019 di 8 sekolah.
Program lainnya, adalah pemasangan Wifi Kaltara Terdepan. Ini untuk memudahkan masyarakat mendapatkan jaringan internet pada area publik melalui hotspot yang disediakan gratis di sejumlah titik yang tersebar di seluruh kabupaten/kota.
Beberapa masyarakat mengaku senang dengan tersedianya akses ini. Agustina misalnya. Warga Peso Ilir yang mengaku terbantu dengan tersedianya akses internet di desanya.
” Dulu kami sulit untuk komunikasi. Sekarang mudah. Bahkan bisa main facebook dan media sosial lainnya,” ujar wanita itu.
Serupa dirasakan oleh Susan, warga Krayan. Meski diakuinya jaringan belum sebaik di kota, namun setidaknya sudah bisa berkomunikasi dengan rekan dan kerabat di luar. (*)